Cari Blog Ini

Senin, 29 Juli 2013

Read and make it finish..

#Endingnya kuserahkan pada kalian....

Bahagiaku adalah surgaku,  tawaku adalah ilusiku, senyum adalah topengku, derita adalah anugerahku dan sampai kapanpun semua akan jadi miliku tanpa batas dan tembok yang membendung dalam jerit paduan nada batin dan jiwaku yang hidup seribu sembilan ratus delapan puluh sembilan pada masa yang silam dengan rona yang tak biasa. Pada hari kesembilan belas dengan sapaan dini dari sang mentari dimana bulan sebelum Isa lahir.

Ingin dan harap dalam dekapan mereka menanti pancaran sinar kehidupan dari seonggok debu tanah yang telah tercipta dalam benak dan jiwa.

Thats why i'm doing this....

Mengharap pandangan dalam dekapan putihnya kasih dan gelap malam untuk menitik keabadian dalam damai derai tawa delapan tiang penyokong kekokohan nominal seribu menjadi seratusribu. Pertahanan perisai mengubah arti nominal tersebut hingga terkatung dalam nikmat hedon yang tak berujung.

Apa akan tetap sama dikala prajurit tak lagi memiliki perisainya...???

Yang kuingini tak selalu kumiliki...

#IniCeritaku apa Ceritamu...

Sendiri berjuang melawan kerasnya hidup,  berdiri walau tak sanggup. Harkat yang tak lagi ternilai seakan habis dalam lamunan.

Jauh sendiri menjalani hidup demi mengejar seuntai makna kehidupan dalam kerasnya perjuangan yang tak pernah ternilai oleh siapapun.

Ini aku dan inilah hidupku...

Berjalan, terjatuh, terseret tanpa uluran makna yang berarti dari raja dan ratuku.  Aku seorang prajurit dengan title seadanya tanpa sanjungan dan sapaan.

Memiliki , lebih dan utuh adalah perisaiku, batin dan jiwa hanyalah untaian kapas halus bagiku.

Mencoba menggapai khayalan dalam kilauan berlian yang tak tau ujungnya.

Titah raja dan ratuku harus kujalani sebelum matahari tenggelam.

Mampukah aku menjalaninya.....

Ini lah bagian dari upah yang harus kujalani tanpa sayembara klasik keutuhan. Tidak tapi harus, bahkan namun pasti kujalani demi persyaratan menuju istana tempat akhir kehidupan.